Wednesday, August 25, 2010

Berapa Gajiku ?


Metta Paramita

Psikolog SDM


Tanya :

Saya kuliah tapi pengen kerja juga, tapi belum ada pengalaman. Jika saya nanti melamar kerja, bingung bagaimana harus menjawab kalau ditanya masalah gaji.

081 329 003 XXX

Jawab :

Terimakasih atas pertanyaannya. Saya salut dengan mahasiswa yang punya keinginan untuk mandiri seperti anda. Memang biasanya, jika kita melamar ke suatu perusahaan atau organisasi, mereka akan menanyakan masalah gaji. Namun jangan khawatir walaupun anda belum memiliki pengalaman dalam bekerja (seperti yang diutarakan) anda tetap berhak untuk mendapatkan gaji sesuai dengan kompetensi anda dalam menunjang pekerjaan yang akan dijalani nanti.

Mari kita pahami dulu perbedaan antara gaji, upah dan insentif (istilah lainnya: kompensasi), agar tidak salah pada saat anda melakukan penawaran dengan perusahaan tempat anda kerja kelak. Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan atau pekerja secara teratur, seperti tahunan, caturwulan, bulanan atau mingguan. Berbeda dengan upah, yang merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada para pekerja berdasarkan; jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Sedangkan insentif merupakan imbalan langsung yang diberikan kepada karyawan karena kinerja melebihi standar yang ditentukan.

Pemberian kompensasi pada suatu perusahaan ini biasanya didasarkan pada UMR (upah minimum regional sesuai dengan kota dimana anda melamar), “harga” pasar (market anchor) atau kebijakan perusahaan. Karenanya, anda harus mendapatkan informasi mengenai perusahaan yang anda akan lamar bagaimana penentuan gaji mereka.

Jika anda merasa belum memiliki pengalaman dalam bekerja, anda harus membuat daftar kegiatan ketika anda kuliah selama ini apakah pernah mengikuti organisasi kampus atau organisasi pemuda di tempat tinggal anda. Pengalaman dalam berorganisasi ini dapat menjadi referensi bagi perusahaan untuk menilai bahwa anda cukup mampu dalam manajemen ; waktu, sumberdaya, ataupun manajemen sumberdaya manusia. Hal penting yang harus di “jual” dalam penawaran gaji adalah kompetensi anda, yaitu ; pengetahuan (ilmu apa yang dapat anda bagi sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan), ketrampilan (hal apa yang dapat anda lakukan melalui ketrampilan) dan sikap kerja (tunjukkan bahwa anda memiliki sikap kerja yang baik, seperti; kejujuran, kerja keras, disiplin, dansebagainya.

Semoga sukses dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi anda, dan selamat mengasah Soft Skills anda !

(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Konsultasi Soft Skills dalam Harian JogloSemar)


RENCANAKAN KARIR AGAR HIDUP LEBIH PASTI


Ismet Ali (*)
Master Coach Soft Skills

Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita sebagai seorang profesional. Bila karir dijalani tanpa rencana yang jelas, maka kemungkinan karir professional mungkin bergerak tanpa arah, sehingga tidak akan sampai kemanapun.
Kita bisa saja sibuk bekerja setiap hari, akan tetapi kita perlu perencanaan karir (Career Planning) agar tetap bisa bertahan di jalur karir yang kita pilih. Dengan itu kita juga bisa tetap tergabung dengan tim kerja yang ada. Perencanaan karir juga dapat mengarahkan, jika kita membutuhkan bantuan seorang/konsultan karir untuk mengarahkan karir agar sesuai dengan harapan kita dihari tua nanti.
Sepuluh tahun lalu, seorang sarjana ekonomi dengan keahlian akunting, sebut saja namanya Lukman sering resah dengan karirnya sebagai Supervisor Accounting. Dia tidak tahu apa karir dan jabatannya saat usianya 30, 40 dan 50 tahun kelak. Lukman tidak ingin jabatannya nanti sebagai pemberian dari atasannya karena pro atasan, tetapi harus karena kerja keras dan perjuangannya secara professional. Harapannya semakin usia bertambah, profesionalismenya terus meningkat dan tentu saja imbalan gaji dan kesehatan jiwanya juga meningkat pesat.
Pada tahap awal saya mengatakan kepadanya bahwa kepastian karir dapat dicapai bila Lukman terlebih dahulu harus mampu membuat target kehidupan pribadinya (Personal Goals Setting). Pada bagian ini saya minta Lukman membuat berbagai target kehidupan pribadinya yang terdiri dari berbagai target seperti: fisik (kesehatan tubuh); emosional; mental; sosial; finansial; dan spiritual. Agar target kehidupan pribadi dapat dicapai, maka Lukman juga membuat rencana aksi secara bertahap dan harus dicapai setiap tahunnya.
Berikutnya, saya minta Lutfi membuat target profesionalismenya (Profesional Goals Setting). Target professional ini harus dibagi menjadi 4 tahapan berdasarkan usia. Pertama, usia 25-30 tahun, saat memulai karir dengan kompetensi teknikal yaitu akunting sekaligus saatnya belajar kompetensi managerial (Soft Skills) secara maksimal. Kedua, usia 31-40 tahun, saatnya menerapkan kompetensi teknikal dan kompetensi managerial secara individu dan membagi kompetensi itu kepada bawahannya. Ketiga, usia 40-50 tahun, saatnya mengoptimalkan kompetensi teknikal dan managerial untuk memimpin perubahan dan mengembangkan bawahannya menjadi professional baru. Tugas utama profesioanl pada usia ini memang harus membangun kompetensi bawahan agar mampu mendukung kinerja tim. Keempat, usia 51-60 tahun, saat konsolidasi karir dan mempersiapkan rencana pensiun secara fisik, tetapi tetap berkontribusi dalam pemikiran strategis kepada para manager dibawahnya. Persiapan ini perlu dilakukan agar sindrom kehilangan jabatan setelah pensiun dapat dihindari.
Selama 10 tahun terakhir Lukman melakukan kedua perencanaan diatas secara bertahap, teliti dan tekun, maka hasilnyapun menjadi kenyataan. Pada usia 40 tahun, Lukman telah menjadi General Manager Finance di perusahaan multinasional dengan imbalan kompensasi yang sangat bersaing dibandingkan dengan yang diberikan perusahaan nasional.
Karir merupakan sebahagian dari hidup kita, tetapi ini menjadi penting karena akan menentukan kita menjadi apa saat berusia lanjut. Oleh karena itu mengelola karir tidak bisa hanya diharapkan tetapi harus dikerjakan. Sehingga kita akan lebih pasti menempatkan diri sesuai harapan dalam kehidupan pribadi dan karir secara total.

(Tulisan ini telah diterbitkan dalam rubrik Kiat Menjadi Profesional dalam Harian JogloSemar)

Friday, August 20, 2010

Emosi yang Cerdas


Metta Paramita
Psikolog SDM

Tanya :
Salam kenal. Saya sudah bekerja dan naik jabatan 2bulan lalu. Herannya, seteleh naik jabatan saya lebih sering marah-marah. Bagaimana mengelola emosi say di tempat kerja ?
TN – Semarang

Jawab :
Selamat atas kenaikan jabatan anda. Memang terkadang ketika anda naik jabatan dibarengi dengan besarnya resiko kerja dan tanggungjawab yang harus anda pikul, sehingga terkadang anda menjadi sensitif dan mudah sekali terpancing emosi.
Membahas soal pengelolaan emosi maka sangat erat kaitannya dengan pengelolaan kecerdasan emosi itu sendiri. Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya. Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa artinya.
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kemampuan seseorang menangani beban kerja, stres, interaksi sosial, pengendalian diri, menjadi kunci penting dalam keberhasilan. Seseorang yang sukses dalam pekerjaan biasanya adalah orang yang mampu mengelola dirinya sendiri, memotivasi diri sendiri dan orang lain, dan secara sosial memiliki kemampuan dalam berinteraksi secara positif dan saling membangun satu sama lain. Dengan cara ini orang tersebut akan mampu berprestasi baik sebagai seorang individu maupun tim.
Cara paling awal untuk mengelola emosi adalah dengan mengenali emosi diri Anda ketika terjadi. Kenali apa saja yang berkecamuk dalam dada Anda dan suara-suara yang memerintahkan Anda untuk bertindak. Tahapan berikutnya adalah melakukan kontrol diri terhadap berbagai bentuk emosi yang ada. Bagaimana Anda mengendalikan diri ketika marah, tidak terpuruk ketika merasa kecewa, mampu memotivasi diri dan bangkit ketika tertekan, menetapkan target kerja, serta bisa menerima keberhasilan maupun kegagalan dengan lapang dada.
Langkah selanjutnya adalah melatih empati anda sehingga bisa memberi respon yang tepat terhadap sinyal-sinyal emosi yang ditampilkan orang lain. Cerdas secara emosional akan membantu Anda pada tahap awal untuk mengenali diri dengan lebih baik, sekaligus bersikap positif dan melatih kematangan menghadapi kehidupan, apapun yang terjadi: susah atau senang, sukses atau gagal, mudah atau sulit, anda akan mampu mengelolanya dengan baik.
Selamat mengaplikasikan kecerdasan emosi anda dengan selalu mengasah Soft Skills anda !

(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Konsultasi Soft Skills dalam Harian JogloSemar)

APA SUSAHNYA MENGELOLA KONFLIK DIKANTOR?


Ismet Ali (*)

Master Coach Soft Skills

Sebagai seorang manager professional anda bertanggungjawab terhadap orang-orang dalam tim yang anda pimpin. Mengapa? jika kepemimpinan anda jelas, maka anggota tim anda akan mampu mencegah timbulna yang dapat menghabiskan energi bukan untuk berkerja.

Dalam dunia kerja kita biasa bekerja berdampingan dengan manager lain yang juga memiliki tanggung jawab terhadap anggota timnya. Hal yang perlu disadari bahwa orang-orang tidak selamanya bekerja dengan bertatap muka. Tim anda bisa sangat sibuk diantara mereka ataupun sibuk dengan anda. Keterbatasan interaksi, memungkinkan timbulnya perbedaan persepsi antara seorang dengan lainnya.

Timbulnya konflik dapat bersumber dari perbedaan persepsi seorang terhadap orang lain dalam hal: pola pikir, pola komunikasi ataupun pola bertindak. Reaksi atas perbedaan persepsi ini dapat menghasilkan konflik dari bentuk yang sederhana seperti pembiaran, mendiamkan sampai bentuk yang berbahaya yaitu penyerangan balik secara fisik.

Konflik memang suatu yang tidak bisa dihindarkan didalam bekerja. Hal ini normal, karena konflik merupakan produk sampingan bila orang-orang mencoba bekerja sama. Sejatinya setiap manusia itu unik, sehingga kita tidak bisa berharap semua orang akan bersepakat dengan berbagai keinginan kita setiap saat. Oleh karena itu jangan pernah berharap dapat menghapuskan konflik dari sekitar kita. Justru carilah cara bagaimana membuat konflik menjadi hiburan dalam kita bekerja. Cara intrapersonal dapat ditempuh dengan: 1). Membatasi jumlah salah faham, 2) Membatasi skalanya, 3). Hentikan meluasnya kesalah-fahaman, 4). Bila memungkinkan, perbaiki hubungan antar yang berkonflik, dan 5). Jadikan konflik menghasilkan manfaat.

Secara interpersonal, kita dapat mengelola konflik secara efektif dengan 4 cara. Pertama, Buat daftar konflik yang sering terjadi disekitar kita. Siapa saja yang sering konflik dengan kita? dengan anak buah, dengan atasan atau dengan manager dari departemen lain. Atau antara anggota team kita dengan anggota team dari manager yang lain.

Kedua, Analisa sebab musabab mengapa jenis konflik diatas terjadi. Konflik tidak selamanya terjadi karena suara bicara yang keras atau karena tunjuk hidung menyalahkan orang lain. Mengabaikan orang lain juga dapat menghasilkan konflik yang berakibat merusak hubungan didalam kantor.

Ketiga, Gali perbedaan yang sehat. Tidak semua konflik membahayakan. Kadang kala perbedaan ataupun ketidaksetujuan dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Tergantung cara menganalisanya, secara sehat dan dengan keterbukaan.

Keempat, Selesaikan konflik. Cara terbaik dengan mencegahnya. Hal ini bisa dilakukan lebih awal. Mengajak untuk tidak memaksakan kehendaknya. Bila tetap terjadi, maka jangan membuat keputusan menerima atau menolak pada tahap awal konflik. Cari waktu untuk anda dan lawan interaksi berpikir mengapa keinginan yang berlebihan itu sulit diterima. Walaupun cara terbaik adalah mengajak berdialog mencari jalan keluar. Akan tetapi keinginan memaksakan kehendak akan selalu ada bagi orang tertentu. Akibatnya konflik juga tidak akan pernah habis dari lingkungan kita bekerja.

Akhirnya, konflik sangat dipengaruhi oleh persepsi kita. Bila persepsi kita mau mencari jalan keluar, maka kita akan dapat mengatasinya secara bijak. Kita memang tidak bisa merubah dunia, tapi kita bisa merubah persepsi dalam mengatasi konflik untuk hidup yang lebih baik.


(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Konsultasi Soft Skills dalam Harian JogloSemar)


Thursday, August 19, 2010

Stresskah Saya ?



Metta Paramita
Psikolog SDM





Tanya :
Sekarang ini saya kuliah sambil kerja dengan maksud untuk meringankan beban orangtua. Awal kerja menyenangkan, tapi lama-lama sepertinya saya kok stress ya. Apa iya saya stress karena kerjaan atau karena saya tidak bisa membagi waktu ?
NT - Yogyakarta

Jawab :
Saya salut atas kemandirian anda yang tidak ingin membebani orangtua dengan berbagai macam biaya hidup, sehingga anda memutuskan kuliah sambil kerja. Namun jika anda merasa sedang “stress kerja”, mari kita pahami dulu apa itu stress kerja dan benarkah anda memang sedang mengalaminya.
Stress kerja dapat diartikan sebagai segala kondisi pekerjaan (termasuk lingkungan pekerjaan anda) yang dipersepsikan oleh si karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja, yang pada akhirnya menyebabkan reaksi pada individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
Penyebab stres kerja bisa bervariasi antara lain : dari dalam diri anda sendiri seperti ketidakpercayaan diri, ada konflik pribadi, atau kurangnya kebersamaan dalam grup (misalnya kebersamaan dengan rekan kerja anda. Sedangkan penyebab dari dalam lingkungan kerja sendiri seperti; perubahan kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
Jika anda merasa sedang mengalami stress kerja, coba cek apakah anda memiliki gejala seperti berikut ini. 1). Gejala Psikologis, seperti ; cemas, tegang, mudah tersinggung, sensitif, komunikasi yang tidak efektif, bosan, kehilangan konsentrasi, hilang kreativitas atau menurunnya rasa percaya diri. 2).Gejala Fisiologis, seperti ; meningkatnya denyut jantung, gangguan lambung, kelelahan secara fisik, sakit kepala, gangguan tidur. Atau yang ke 3). Gejala Perilaku seperti ; menghindari pekerjaan, menurunnya prestasi kerja (performance) dan produktivitas kerja.
Lalu, bagaimana mengatasinya apabila ternyata memang kita mengalami stress kerja ? Berikut beberapa tips agar anda mampu mengatasi stress kerja dan tetap berprestasi dalam pekerjaan anda ; 1). Jaga kondisi badan anda sebaik mungkin (konsumsi lebih banyak buah, sayur, vitamin dan cukup tidur), 2). Usahakan selalu melakukan tindakan positif dalam pekerjaan anda, 3). Peliharalah hubungan baik dengan keluarga, sahabat, rekan kerja, agar anda memiliki teman “curhat’, 4). Salurkan hobi anda, 5). Jangan lupa selalu tersenyum jika anda menghadapi masalah dan yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Selamat mengasah Soft Skills anda agar selalu berprestasi dalam bekerja !
(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Konsultasi Soft Skills dalam Harian JogloSemar)