Tuesday, July 27, 2010

KOK NGGAK PE-DE YA ?


Metta Paramita
Psikolog SDM


Saya lulusan D3, saya ingin tanya bagaimana membuat diri saya agar lebih pe-de terhadap lingkungan baru di dunia kerja nantinya.
Terimakasih, 085 642 045 XXX

Jawaban :
Terimakasih atas pertanyaannya. Mengenai permasalahan “tidak pe-de”, saya yakin hampir setiap orang pernah mengalaminya. Memang, menjadi tidak percaya diri akan sangat mengganggu terlebih ketika dihadapkan pada situasi baru seperti lingkungan pekerjaan.
Yang dimaksud PD atau kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Dalam dunia kerja nantinya, anda akan mendapatkan program orientasi kerja (induction training). Program ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anda sebagai karyawan baru dengan peranan atau kedudukan anda, dengan organisasi dan para karyawan lain di perusahaan tersebut. Biasanya penanggungjawab kegiatan orientasi kerja ini adalah departemen personalia ataupun atasan langsung anda (misal ; supervisor). Tujuan lain dari orientasi kerja ini adalah untuk membantu karyawan baru agar dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja baru (fit in with the job situation).

Berikut tips agar rasa percaya diri anda tetap selalu ada baik untuk masa sekarang ataupun di lingkungan kerja nantinya. 1). Belajar menilai diri sendiri secara objektif dan jujur. Buat daftar “harta” pribadi, seperti potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, prestasi yang pernah diraih, ataupun keahlian yang anda miliki saat ini. 2). Sadari potensi anda dan hargailah sekecil apapun keberhasilan yang anda raih. 3). Positive thinking. 4). Buat mantra diri yaitu kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri, misal “SAYA BISA!”. 5). Belajar membuat tujuan hidup setiap harinya. 6). Jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada TUHAN YME atas segala nikmat yang diberikan oleh-Nya kepada anda setiap hari.

Jika anda dapat melatih tips di atas, anda akan mendapatkan kembali rasa Pe-De itu. Satu hal perlu diingat baik-baik adalah jangan sampai anda mengalami over confidence atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan. Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah menggambarkan kondisi kejiwaan yang sehat.

Bangkitkan rasa percaya diri dengan selalu mengasah Soft Skills anda !


(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Konsultasi Soft Skills dalam Harian JogloSemar pada 26 Mei 2010)

BUAT KEPUTUSAN AGAR ANDA PROFESIONAL ?


Ismet Ali (*) Master Coach Soft Skills

Hidup tanpa Keputusan
Pernahkah anda merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa keputusan ? Misalnya setelah anda mengikuti suatu interview seleksi karyawan pada suatu perusahaan. Setelah itu tidak ada keputusan dari perusahaan itu apakah menerima atau menolak anda. Anda harus menunggu tanpa kepastian ? Kehidupan tanpa keputusan ini tentu tidak nyaman,karena tanpa kepastian.

Sebenarnya setiap saat dalam kehidupan kita setiap hari adalah hasil keputusan (Decision Making) . Misalnya, setelah bangun tidur jam 6 pagi kita harus apa? Apakah harus mandi dulu atau harus makan dulu?. Walaupun kegiatan ini sederhana, namun tetap membutuhkan keputusan. Jika kita tidak membuat keputusan maka kita tidak akan makan ataupun mandi sampai jam 8 pagi. Akibatnya kita akan terlambat sampai di kampus ataupun di kantor.

Setelah kita mampu membuat keputusan, maka tahap yang penting berikutnya adalah bagaimana membuat keputusan benar dan salah. Bila kita membuat keputusan yang salah biasanya kita akan kehilangan kekuatan moral dan menurunkan kepercayaan diri (Self Confidence) kita untuk bisa berperan sebagai seorang professional. Karir dan masa depan menjadi tidak pasti. Sebaliknya, bila kita membuat keputusan yang benar, akurat dan cepat maka kita akan mendapatkan kepuasan dan lebih percaya diri

Membuat Keputusan tidak Sulit
Agar kehidupan kita menjadi lebih pasti maka kita harus mampu membuat keputusan bagi hidup dan profesionalisme kita. Semakin tepat dan cepat kita membuat keputusan maka semakin pasti kita menentukan arah kehidupan yang kita inginkan. Untuk itu kita perlu tahu cara yang mudah membuat keputusan.

Pertama; mengenali faktor pendorong kepentingan yang berasal dari nilai (Values) dan keyakinan (Beliefs) yang ada didalam hati nurani kita. Nilai dan keyakinan yang berada dalam hati adalah yang tidak terbantahkan. Misalnya, kalau kita curang, maka lambat atau cepat orang lain akan tahu dan kita akan merasakan penderitaannya. Oleh karena itu kita tidak akan mampu membuat keputusan benar bila didalamnya terkandung kecurangan,karena itu bertentangan dengan hati nurani dan keyakinan kita.

Kedua; Kita harus mempunyai gambaran jelas mengenai tujuan hidup dan profesionalisme yang kita inginkan. Bila kita mempunyai gambaran jelas mengenai hal ini maka kita akan mudah membuat keputusan yang benar, akurat dan cepat.
Ketiga, Kita harus mampu membuat keputusan saat ini juga. JIka tidak maka orang lain akan membuat keputusan untuk hidup kita. Keputusan orang lain tentu akan lebih menguntungkan nilai dan keyakinan orang tersebut. Akibatnya, mereka akan menggiring kita kepada pencapaian sasaran dan tujuan hidup mereka. Tujuan hidup kita tidak tercapai, bahkan bisa kehilangan keyakinan mencapai tujuan hidup kita. Kehilangan keyakinan berarti kehilangan kebahagian hidup kita.

Guna mengendalikan hidup secara benar, maka kita perlu membuat keputusan mengenai
hidup kita sekarang juga. Selanjutnya mengetahui bahwa keputusan itu dapat membantu kita mencapai target kehidupan dan target professional kita.
Jangan pernah takut membuat keputusan. Keputusan yang benar terjadi setelah kita membuat keputusan salah. Kita perlu selalu berlatih mengambil keputusan. Motivator Tony Robbin mengatakan: ketika kita membuat keputusan maka kita mempunyai kejelasan dalam hidup. Kemampuan membuat keputusan merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki agar seseorang mampu menjadi profesional.


(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Kiat Menjadi Profesional dalam Harian JogloSemar pada 23 Mei 2010)

Monday, July 26, 2010

KOMUNIKASI PERSUASIVE : APAKAH ANDA PROFESIONAL ?


Ismet Ali (*)
Master Coach Soft Skills


Mengapa Komunikasi Penting?
Dalam kasus yang ekstrim, efektivitas komunikasi dapat membuat perbedakan situasi antara hidup atau mati. Contohnya ketika salah komunikasi terjadi, sebuah pesawat terbang bisa mengalami kecelakaan. Kejadian fatal pada pasien saat dioperasi. Terjadi kecelakaan kerja di industri besar. Apalagi industri yang berbasiskan tenaga nuklir.

Dalam kehidupan bisnis, sering tidak kita sadari bahwa bisnis kita kurang berkembang sebenarnya bisa disebabkan oleh komunikasi yang salah. Akibatnya rekan bisnis kurang nyaman berhubungan dengan kita. Walaupun produk atau jasa yang kita tawarkan lebih bersaing dibandingkan yang ditawarkan kompetitor.

Terdapat 3 hal umum penyebab timbulnya masalah saat kita berkomunikasi. Pertama, setiap kata diartikan berbeda oleh orang yang berbeda. Misalnya target penjualan 1000 unit diartikan sebagai target atas yang harus dicapai oleh Joni. Sedangkan bagi Edi, 1000 unit adalah target bawah, dan dia berusaha mencapai diatasnya. Kedua, Tidak ada jaminan bahwa pesan yang kita dikirim itu dapat diterima atau dimengerti dengan benar. Hal disebabkan latar belakang pengalaman dan persepsi kedua pihak yang berkomunikasi berbeda. Ketiga, sering terjadi gangguan (distorsi) bila komunikasi harus disampaikan antara satu orang dengan orang lainnya lagi.

Bila kita sering mengabaikan ketiga hal diatas maka jangan heran bila komunikasi yang kita selama ini sulit menjadi efektif. Akibatnya sangat banyak, misalnya kita tidak akan mendapatkan respon sesuai dengan yang kita inginkan. Lebih parah lagi bila kita dianggap tidak profesional dalam berkomunikasi, sehingga orang enggan berhubungan bisnis atau menerima kita sebagai karyawannya.

Komunikasi Persuasive
Terdapat dua hal yang harus diketahui oleh seorang profesional dalam komunikasi. Pertama, Komunikasi efektif terjadi bila kita mengirim pesan dan perasaan kita secara lengkap dan akurat dan lawan bicara kita menerima dan menterjemahkan sama dengan yang kita maksudkan. Kedua, komunikasi efisien terjadi bila komunikasi terjadi dengan pengertian yang sama dalam waktu yang singkat dan sumberdaya yang seirit mungkin.

Bila ingin sukses sebagai profesional, maka kedua hal ini harus dikuasai sebagai dasar melakukan komunikasi persuasive. Para pakar komunikasi, menterjemahkan komunikasi persuasive sebagai komunikasi yang selalu mampu memperjuangkan tercapainya tujuan yang kita inginkan dari lawan bicara. Tentunya tanpa memaksakan kehendak. Jika mampu melakukan komunikasi efektif, maka kitaakan mampu menyampaikan pesan dan perasaan sembari membangun empati lawan bicara sehingga pesan dan perasaan itu menjadi milik lawan bicara.

Agar mahir berkomunikasi persuasive, memang dibutuhkan keterampilan melakukan analisa transaksional selama berkomunikasi. Analisa didasarkan pada posisi lawan bicara, yaitu anak-anak, dewasa atau orang tua. Dalam membangun kompetensi komunikasi, tentu seorang profesional harus bisa melihat posisi yang diambil oleh lawan bicara. Dari posisi itu selanjutnya digiring untuk dapat berkomunikasi pada posisi dewasa-dewasa dengan anda. Dalam posisi yang sejajar dewasa-dewasa ini, maka segala urusan profesional akan dapat dipecahkan secara rasional dan meminimumkan meminimumkan perasaan (emosional) yang cenderung tidak pasti.

Seorang profesional berkomunikasi efektif dan efisien untuk suatu kepastian hidup dan bisnisnya.

(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Kiat Menjadi Profesional dalam Harian JogloSemar pada 16 Mei 2010)

Kuliah mau apa ya ?


Metta Paramita

Psikolog SDM


JogloSemar yang baik,

Saya baru keterima di Psikologi UGM. Apa yang musti saya lakukan, supaya selama kuliah nanti tidak sia-sia ya ?

Terimakasih, Vina – Semarang

Jawaban :

Mb. Vina, selamat ya anda diterima di Psikologi UGM, pasti senang dan lega rasanya, dimana teman-teman lain masih sulit mendapatkan kuliah yang cocok.

Kuliah adalah wadah awal (laboratorium dini) dimana anda dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan diri (atau istilahnya mengasah kompetensi manajerial anda). Merujuk pada istilah kompetensi yang terdiri dari elemen Pengetahuan (knowledge), Ketrampilan (skill) dan Sikap (Attitude), Nah, di bangku kuliah nanti anda bisa mendapatkan 2 jenis kompetensi. Yaitu kompetensi teknikal sebagai mahasiswa Psikologi (misalnya: anda akan belajar berbagai macam tes psikologi) dan kompetensi manajerial (misalnya, anda akan belajar berorganisasi atau teamwork).

Caranya, pertama, di bangku kuliah nanti, anda akan berinteraksi dengan siapa pun, apakah teman kuliah, teman dari fakultas yang berbeda, dosen, staf/ karyawan kampus hingga ibu kantin atau tukang fotokopi. Melalui mereka, anda bisa belajar banyak dan mengambil manfaatnya. Kedua, salurkan hobi anda ke unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di kampus. Jika anda belum punya hobi, cobalah untuk menjajaki UKM-UKM tersebut, cari info mengenai mereka, ikuti kegiatannya, pasti anda akan menemukan mana diantara UKM tersebut yang cocok dengan diri anda.

Jika anda menekuni kegiatan ini dengan fokus dan komitmen yang baik, anda akan menemukan talent (bakat) anda sebagai modal kerja nantinya. Keseharian kuliah anda pun akan berwarna dan tidak menjemukan. Buat prestasi setiap hari melalui hal-hal kecil tapi nyata. Tabunglah hasil prestasi harian anda, yang pada saatnya tiba nanti, anda akan menjadi seorang sarjana dengan kompetensi akademik dan manajerial yang bagus.

Selamat Kuliah dengan selalu mengasah Soft Skills anda !

(Tulisan ini telah diterbitkan di Rubrik Konsultasi Soft Skills dalam Harian JogloSemar pada 19 Mei 2010)

TANPA KEPRIBADIAN UNGGUL : SARJANA MUDAH MASUK KERJA ?


Ismet Ali (*)
Master Coach Soft Skills


Benarkah seorang sarjana mudah masuki dunia kerja hanya mengandalkan nilai akademis tanpa nilai kepribadian unggul ?

Dalam kesempatan menseleksi calon pekerja, kami menemukan banyak sarjana dengan Indeks Prestasi (IP) memuaskan sampai sangat memuaskan, ternyata gagal dalam wawancara kerja. Penyebabnya karena mereka gagal menampilkan ciri-ciri kepribadian unggul.

Tanpa kepribadian unggul, sarjana cenderung kesulitan berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya. Akibatnya sarjana seperti ini akan sulit memanfaatkan kelebihan nilai akademisnya.

Masalah Kepribadian Unggul
Mengacu kepada proses interview kerja, faktor kepribadian pelamar merupakan hal utama (40 persen) yang diperhatikan oleh interviewer, setelah nilai akademis anda. Oleh karena itu walaupun Indeks Prestasi (IP) diatas 3.0 tapi tanpa kepribadian unggul IP menjadi tidak berarti.
Kepribadian unggul diterjemahkan sebagai keunggulan keseluruhan kualitas dan karakteristik seorang pelamar. Contohnya : pembawaan diri; cara bicara, perilaku, pakaian, minat, sikap dan reaksinya terhadap persoalan yang diajukan kepadanya.

Ketika seorang mendapatkan pertanyaan generik, seperti: ”ceritakan siapa anda ?” Apa tujuan hidup anda ? Bagaimana sikap anda ketika mendapatkan tantangan dalam bekerja ? mayoritas pelamar kebingungan dalam menjawabnya. Biasanya, pertanyaan hanya dijawab seenaknya dan seadanya. Mengapa ? karena selama kuliah, mereka jarang sekali berdialog dengan dosen mengenai hal-hal yang menyangkut kepribadian. Pembicaraan lebih sering mengenai penyelesaian tugas-tugas kuliah. Jarang berdiskusi bagaimana menerapkannya dalam nilai-nilai kepribadian unggul. Mahasiswa cenderung banyak belajar dari internet. Akibatnya, lahirlah sarjana dengan kepribadian pasar dimana mereka tumbuh. Kita tentu tahu pasar sering mengabaikan nilai-nilai luhur yang bisa menumbuhkan kepribadian unggul konsumenya.
Fakta lemahnya kepribadian ini juga ditunjukkan oleh rendahnya kemampuan sarjana mengelola hidup mandiri. Kurang mampu berinteraksi secara sosial. Sampai sulitnya memacu mereka menjadi pembelajar cepat (Fast Learner) didalam bekerja. Semua ini problem Soft Skills yang harus diatasi bila setiap sarjana ingin menjadi pekerja yang kompetitif.

Membangun Kepribadian Unggul
Kepribadian adalah sesuatu yang dinamis dan dapat dirubah. Walaupun anda pernah gagal karena kepribadian belum unggul, tetap terbuka peluang untuk memperbaikinya.

Ada 4 aspek pembelajaran yang dapat meningkatkan kepribadian menjadi unggul. Pertama, Mengatur penampilan fisik. Caranya mengendalikan cara makan, minum, olah raga sampai beristirahat guna menghasilkan tubuh yang sehat. Bila tubuh sehat, akan tercermin bahwa anda mempunyai energi yang prima untuk siap bekerja dimanapun.

Kedua, Mengendalikan emosi. Dalam bekerja emosi sangat diperlukan, akan tetapi ia harus dikendalikan agar emosi tidak mengendalikan cara kita bekerja. Keberadaanya harus membuat kita selalu berkontribusi positif. Kita harus mampu menggunakan emosi mencapai target pekerjaan secara maksimal. Ketiga, Mempersiapkan mental. Ketika menghadapi pekerjaan, pilihannya jelas berhasil atau belum berhasil. Mental harus siap seandainya belum berhasil dan mencoba lagi. Jika berhasil, maka mental harus disiapkan untuk perjuangan berikutnya.

Keempat, Tingkatkan interaksi sosial. Bekerja disuatu perusahaan berarti berinteraksi dengan suatu lingkungan sosial. Bila kita terbiasa berinteraksi sosial sebelumnya, maka di dunia kerja anda akan mudah menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Kualitas hidup seseorang dalam bekerja sangat ditentukan oleh kualitasnya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Membangun kepribadian unggul memang sulit. Tapi kalau mau mencoba pasti bisa. Caranya kita harus mampu mengurangi egoisme, melatih mengendalikan fisik, emosional dan mental, dan setelah itu meningkatkan daya beradaptasi secara positif dengan lingkungan sosial kita.

(Tulisan ini telah diterbitkan dalam rubrik Kiat Menjadi Profesional dalam Harian JogloSemar pada 9 Mei 2010)

Mau Wisuda tapi Takut Menganggur


Metta Paramita

Psikolog SDM


Dear JOGLOSEMAR, Saya membaca tulisan Bp. Ismet Ali pada tanggal 2 Mei yang lalu tentang “Buat apa kuliah : Sarjana tapi menganggur? Bagaimana setelah wisuda nanti saya tidak menganggur? Soft skills apa yang cocok untuk lulusan teknik seperti saya ? Tks YN, T.Kimia – UMS

Jawaban :

Terimakasih saudara YN atas pertanyaannya. Saya ucapkan selamat atas kelulusannya.

Penyelesaian secara Soft Skills; Pertama, kenali kompetensi anda sebagai seorang sarjana teknik kimia. Anda harus bisa memilih satu saja dari sekian banyak mata kuliah yang paling dapat anda kerjakan untuk menjadi modal kerja nantinya. Kedua, buka jaringan komunikasi selebar dan seluas mungkin. Jadikan ajang tersebut untuk menjual kompetensi anda. Ketiga, jika anda punya hobi, tambahkan 2 hobi lagi yang harus anda lakukan yaitu membaca dan mengikuti kursus.

Dari membangun hobi membaca, anda akan mendapatkan pengetahuan dan informasi baru yang dapat anda jadikan bekal untuk bergaul dengan orang lain. Melalui kursus, misalnya, jika anda merasa kurang mampu berkomunikasi di hadapan orang banyak, ikuti kursus presentasi. Atau jika anda ingin mengembangkan soft skills, ikuti kursus Soft Skills. Pembelajaran bersama para trainer profesional, anda akan mendapatkan ilmu dan ketrampilan praktis yang dapat anda gunakan untuk memasuki dunia kerja nantinya.

Namun jika anda mau langsung bekerja, fokuskan pada pekerjaan yang bidang profesinya sesuai dengan latarbelakang anda. Jangan dulu berpikir jabatan tinggi atau gaji besar, tes dulu apakah kompetensi yang anda dapatkan selama di bangku kuliah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tempat anda bekerja. Untuk naik ke tangga yang lebih tinggi anda memang harus mulai dari tangga pertama. Baru kemudian tingkatkan kompetensi anda (misalnya ikut kursus manajemen) yang nantinya akan berdampak pada pendapatan anda.

Jangan lupa buat target harian setelah anda di wisuda agar kehidupan anda setiap harinya tidak sia-sia dan percuma.

Selamat berkarya dan sukses menembus dunia kerja !


(Tulisan ini telah diterbitkan dalam Rubrik Konsultasi Soft Skills di Harian JogloSemar pada 12 Mei 2010)