Monday, July 26, 2010

TANPA KEPRIBADIAN UNGGUL : SARJANA MUDAH MASUK KERJA ?


Ismet Ali (*)
Master Coach Soft Skills


Benarkah seorang sarjana mudah masuki dunia kerja hanya mengandalkan nilai akademis tanpa nilai kepribadian unggul ?

Dalam kesempatan menseleksi calon pekerja, kami menemukan banyak sarjana dengan Indeks Prestasi (IP) memuaskan sampai sangat memuaskan, ternyata gagal dalam wawancara kerja. Penyebabnya karena mereka gagal menampilkan ciri-ciri kepribadian unggul.

Tanpa kepribadian unggul, sarjana cenderung kesulitan berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya. Akibatnya sarjana seperti ini akan sulit memanfaatkan kelebihan nilai akademisnya.

Masalah Kepribadian Unggul
Mengacu kepada proses interview kerja, faktor kepribadian pelamar merupakan hal utama (40 persen) yang diperhatikan oleh interviewer, setelah nilai akademis anda. Oleh karena itu walaupun Indeks Prestasi (IP) diatas 3.0 tapi tanpa kepribadian unggul IP menjadi tidak berarti.
Kepribadian unggul diterjemahkan sebagai keunggulan keseluruhan kualitas dan karakteristik seorang pelamar. Contohnya : pembawaan diri; cara bicara, perilaku, pakaian, minat, sikap dan reaksinya terhadap persoalan yang diajukan kepadanya.

Ketika seorang mendapatkan pertanyaan generik, seperti: ”ceritakan siapa anda ?” Apa tujuan hidup anda ? Bagaimana sikap anda ketika mendapatkan tantangan dalam bekerja ? mayoritas pelamar kebingungan dalam menjawabnya. Biasanya, pertanyaan hanya dijawab seenaknya dan seadanya. Mengapa ? karena selama kuliah, mereka jarang sekali berdialog dengan dosen mengenai hal-hal yang menyangkut kepribadian. Pembicaraan lebih sering mengenai penyelesaian tugas-tugas kuliah. Jarang berdiskusi bagaimana menerapkannya dalam nilai-nilai kepribadian unggul. Mahasiswa cenderung banyak belajar dari internet. Akibatnya, lahirlah sarjana dengan kepribadian pasar dimana mereka tumbuh. Kita tentu tahu pasar sering mengabaikan nilai-nilai luhur yang bisa menumbuhkan kepribadian unggul konsumenya.
Fakta lemahnya kepribadian ini juga ditunjukkan oleh rendahnya kemampuan sarjana mengelola hidup mandiri. Kurang mampu berinteraksi secara sosial. Sampai sulitnya memacu mereka menjadi pembelajar cepat (Fast Learner) didalam bekerja. Semua ini problem Soft Skills yang harus diatasi bila setiap sarjana ingin menjadi pekerja yang kompetitif.

Membangun Kepribadian Unggul
Kepribadian adalah sesuatu yang dinamis dan dapat dirubah. Walaupun anda pernah gagal karena kepribadian belum unggul, tetap terbuka peluang untuk memperbaikinya.

Ada 4 aspek pembelajaran yang dapat meningkatkan kepribadian menjadi unggul. Pertama, Mengatur penampilan fisik. Caranya mengendalikan cara makan, minum, olah raga sampai beristirahat guna menghasilkan tubuh yang sehat. Bila tubuh sehat, akan tercermin bahwa anda mempunyai energi yang prima untuk siap bekerja dimanapun.

Kedua, Mengendalikan emosi. Dalam bekerja emosi sangat diperlukan, akan tetapi ia harus dikendalikan agar emosi tidak mengendalikan cara kita bekerja. Keberadaanya harus membuat kita selalu berkontribusi positif. Kita harus mampu menggunakan emosi mencapai target pekerjaan secara maksimal. Ketiga, Mempersiapkan mental. Ketika menghadapi pekerjaan, pilihannya jelas berhasil atau belum berhasil. Mental harus siap seandainya belum berhasil dan mencoba lagi. Jika berhasil, maka mental harus disiapkan untuk perjuangan berikutnya.

Keempat, Tingkatkan interaksi sosial. Bekerja disuatu perusahaan berarti berinteraksi dengan suatu lingkungan sosial. Bila kita terbiasa berinteraksi sosial sebelumnya, maka di dunia kerja anda akan mudah menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Kualitas hidup seseorang dalam bekerja sangat ditentukan oleh kualitasnya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Membangun kepribadian unggul memang sulit. Tapi kalau mau mencoba pasti bisa. Caranya kita harus mampu mengurangi egoisme, melatih mengendalikan fisik, emosional dan mental, dan setelah itu meningkatkan daya beradaptasi secara positif dengan lingkungan sosial kita.

(Tulisan ini telah diterbitkan dalam rubrik Kiat Menjadi Profesional dalam Harian JogloSemar pada 9 Mei 2010)

No comments:

Post a Comment