Monday, July 26, 2010

BUAT APA KULIAH : Sarjana tapi menganggur ?


Ismet Ali (*)

Master Coach Soft Skills


Data Biro Pusat Statistik, menunjukkan di tahun 2010 ini terdapat sekitar 600.000–900.000 sarjana S1 dan S2 yang menganggur. Meskipun pendidikan tinggi telah berupaya mengatasinya, akan tetapi pengangguran tetap meningkat setiap tahun. Pertanyaannya, masih perlukah kuliah untuk mendapatkan pekerjaan?

Pendidikan tinggi di Indonesia cenderung masih berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan kecerdasan (Knowledge Management), dan kurang menekankan pengembangan Soft Skills untuk membangun karakter mahasiswa, sehingga output perkuliahan akan sulit diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan (Skills) apalagi untuk merubah sikap (Attitude) mahasiswa. Ketiga komponen inilah yang sering dikenal sebagai kompetensi yang belum sepenuhnya dikuasai oleh para sarjana.

Pengalaman kami mewawancara sekitar 500 orang sarjana dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Jateng, Jatim, Bali dan NTB sebagai calon Management Trainee untuk beberapa perusahaan, kami mendapati sulitnya sarjana menjelaskan kompetensi yang telah dimilikinya. Bahkan ketika diberi pertanyaan sederhana, mengapa mereka memilih program studi yang akhirnya membuat mereka menyandang gelar sarjana, jawaban mereka sangat memprihatinkan. Ada yang mengatakan, bahwa mereka memilih ekonomi karena ikutan pacar, ada pula yang mengatakan memilih jurusan pertanian hanya untuk sekedar kuliah, daripada malu dilihat tetangga hanya ”nongkrong” di rumah.

Kurangnya kemampuan soft skills para sarjana, juga dirasakan oleh dunia industri di Indonesia yang sering melakukan rekrutmen melalui ajang Job Fair. Mereka mencemaskan bahwa banyak sarjana yang hanya menguasai kemampuan teknis (Technical Skill) saja, sedangkan kemampuan Soft Skills nya masih jauh dari yang dibutuhkan oleh dunia industri. Melihat fakta di atas, maka sudah saatnya technical skills dan soft skills diberikan dalam bentuk pelatihan terintegrasi. Siapa yang bertanggungjawab mengintegrasikannya? Tentu, semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan karakter mereka. Bila keadaan kurang memungkinkan bagi pihak perguruan tinggi dalam memberikannya, maka peningkatan kompetensi Soft Skills harus menjadi tanggungjawab dan kesadaran mahasiswa atau sarjana itu sendiri.

Kompetensi Soft Skills menjadikan anda memiliki karakter pribadi yang unggul, dicari dan dibutuhkan oleh dunia industri. Karakter ini mencitrakan pribadi yang kuat, positif dan konstruktif yang merupakan modal utama untuk menghindarkan anda dari pengangguran. Memang, upaya membangun karakter tidak mudah. Akan tetapi jika anda mau, maka hal ini dapat ditempuh melalui pengembangan Soft Skills yang mencakup 3 aspek utama yaitu: 1). Pengelolaan diri (Intrapersonal Skills); 2). Ketrampilan berinteraksi (Interpersonal Skills); dan 3). Pengelolaan organisasi (Organizational Skills).

Mahasiswa dan para sarjana harus mencitrakan bahwa anda adalah seseorang yang siap belajar cepat menghadapi perubahan lingkungan dan kebutuhan dunia kerja. Bila anda ingin mempunyai keunggulan bersaing, maka tidak ada pilihan lain selain meningkatkan kompetensi Soft Skills. Yakinlah dengan kompetensi Soft Skills, anda akan mampu ”menjual” Talent (bakat) kepada dunia industri yang membutuhkannya.

Mari kuasai kompetensi Soft Skills agar terhindar dari pengangguran!


(Tulisan ini telah diterbitkan dalam rubrik Kiat Menjadi Profesional di Harian Joglosemar pada 2 Mei 2010)

No comments:

Post a Comment