Wednesday, August 25, 2010

RENCANAKAN KARIR AGAR HIDUP LEBIH PASTI


Ismet Ali (*)
Master Coach Soft Skills

Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita sebagai seorang profesional. Bila karir dijalani tanpa rencana yang jelas, maka kemungkinan karir professional mungkin bergerak tanpa arah, sehingga tidak akan sampai kemanapun.
Kita bisa saja sibuk bekerja setiap hari, akan tetapi kita perlu perencanaan karir (Career Planning) agar tetap bisa bertahan di jalur karir yang kita pilih. Dengan itu kita juga bisa tetap tergabung dengan tim kerja yang ada. Perencanaan karir juga dapat mengarahkan, jika kita membutuhkan bantuan seorang/konsultan karir untuk mengarahkan karir agar sesuai dengan harapan kita dihari tua nanti.
Sepuluh tahun lalu, seorang sarjana ekonomi dengan keahlian akunting, sebut saja namanya Lukman sering resah dengan karirnya sebagai Supervisor Accounting. Dia tidak tahu apa karir dan jabatannya saat usianya 30, 40 dan 50 tahun kelak. Lukman tidak ingin jabatannya nanti sebagai pemberian dari atasannya karena pro atasan, tetapi harus karena kerja keras dan perjuangannya secara professional. Harapannya semakin usia bertambah, profesionalismenya terus meningkat dan tentu saja imbalan gaji dan kesehatan jiwanya juga meningkat pesat.
Pada tahap awal saya mengatakan kepadanya bahwa kepastian karir dapat dicapai bila Lukman terlebih dahulu harus mampu membuat target kehidupan pribadinya (Personal Goals Setting). Pada bagian ini saya minta Lukman membuat berbagai target kehidupan pribadinya yang terdiri dari berbagai target seperti: fisik (kesehatan tubuh); emosional; mental; sosial; finansial; dan spiritual. Agar target kehidupan pribadi dapat dicapai, maka Lukman juga membuat rencana aksi secara bertahap dan harus dicapai setiap tahunnya.
Berikutnya, saya minta Lutfi membuat target profesionalismenya (Profesional Goals Setting). Target professional ini harus dibagi menjadi 4 tahapan berdasarkan usia. Pertama, usia 25-30 tahun, saat memulai karir dengan kompetensi teknikal yaitu akunting sekaligus saatnya belajar kompetensi managerial (Soft Skills) secara maksimal. Kedua, usia 31-40 tahun, saatnya menerapkan kompetensi teknikal dan kompetensi managerial secara individu dan membagi kompetensi itu kepada bawahannya. Ketiga, usia 40-50 tahun, saatnya mengoptimalkan kompetensi teknikal dan managerial untuk memimpin perubahan dan mengembangkan bawahannya menjadi professional baru. Tugas utama profesioanl pada usia ini memang harus membangun kompetensi bawahan agar mampu mendukung kinerja tim. Keempat, usia 51-60 tahun, saat konsolidasi karir dan mempersiapkan rencana pensiun secara fisik, tetapi tetap berkontribusi dalam pemikiran strategis kepada para manager dibawahnya. Persiapan ini perlu dilakukan agar sindrom kehilangan jabatan setelah pensiun dapat dihindari.
Selama 10 tahun terakhir Lukman melakukan kedua perencanaan diatas secara bertahap, teliti dan tekun, maka hasilnyapun menjadi kenyataan. Pada usia 40 tahun, Lukman telah menjadi General Manager Finance di perusahaan multinasional dengan imbalan kompensasi yang sangat bersaing dibandingkan dengan yang diberikan perusahaan nasional.
Karir merupakan sebahagian dari hidup kita, tetapi ini menjadi penting karena akan menentukan kita menjadi apa saat berusia lanjut. Oleh karena itu mengelola karir tidak bisa hanya diharapkan tetapi harus dikerjakan. Sehingga kita akan lebih pasti menempatkan diri sesuai harapan dalam kehidupan pribadi dan karir secara total.

(Tulisan ini telah diterbitkan dalam rubrik Kiat Menjadi Profesional dalam Harian JogloSemar)

No comments:

Post a Comment